Satu diantara enam Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terjaring razia petugas Satpol PP Kota Surabaya adalah Mulyati (50). Perempuan asal Glemor, Banyuwangi, Jawa Timur, ini ditangkap di kawasan makam Kembang Kuning, Surabaya.
Saat ditangkap, Mulyati sedang ngeseks di atas salah satu makam. Anehnya, petugas hanya menangkap Mulyati, sedangkan pria hidung belang pemakai jasa seks Mulyati dibiarkan bebas.
Seusai ditangkap petugas, Mulyati menyesalkan sikap petugas yang menangkapnya. “Saya waktu itu baru dapat satu pria. Ya pria itu dan itu pun belum dibayar,” kata Mulyati saat digelandang ke truk Satpol PP.
Mulyati mengaku waktu itu dirinya hanya dibayar Rp10 ribu untuk sekali main. “Saya ini sudah tua, Mas. Kalau ada yang membayar 10 ribu ya saya layani. Rp5 ribu pun juga saya layani. Yang penting ada pemasukan,” katanya.
Uang hasil melayani pria itu dia gunakan untuk menghidupi anaknya di Banyuwangi. “Saya punya seorang anak yang masih sekolah. Uang hasil kerja di Surabaya ini saya pakai untuk membiayai sekolah anak,” tuturnya.
Mulyati mengaku terpaksa menjadi PSK lantaran tak ada pekerjaan lain. “Saya pernah jadi pembantu, tapi gak lama. Dan sekarang saya sudah tua, mana ada pembantu tua. Akhirnya ya kerja beginian,” katanya.
Selain Mulyati, pekerja seks yang terjaring ialah Yanti (39) asal Pulorejo, Mojokerto; Haryati (40) warga Kupang Praupan; Tutik (50) asal Jombang; Dian (23) asal Ngantang, Malang; dan Endah (26) asal Pekalongan, Jawa Tengah.
Saat ditangkap, Mulyati sedang ngeseks di atas salah satu makam. Anehnya, petugas hanya menangkap Mulyati, sedangkan pria hidung belang pemakai jasa seks Mulyati dibiarkan bebas.
Seusai ditangkap petugas, Mulyati menyesalkan sikap petugas yang menangkapnya. “Saya waktu itu baru dapat satu pria. Ya pria itu dan itu pun belum dibayar,” kata Mulyati saat digelandang ke truk Satpol PP.
Mulyati mengaku waktu itu dirinya hanya dibayar Rp10 ribu untuk sekali main. “Saya ini sudah tua, Mas. Kalau ada yang membayar 10 ribu ya saya layani. Rp5 ribu pun juga saya layani. Yang penting ada pemasukan,” katanya.
Uang hasil melayani pria itu dia gunakan untuk menghidupi anaknya di Banyuwangi. “Saya punya seorang anak yang masih sekolah. Uang hasil kerja di Surabaya ini saya pakai untuk membiayai sekolah anak,” tuturnya.
Mulyati mengaku terpaksa menjadi PSK lantaran tak ada pekerjaan lain. “Saya pernah jadi pembantu, tapi gak lama. Dan sekarang saya sudah tua, mana ada pembantu tua. Akhirnya ya kerja beginian,” katanya.
Selain Mulyati, pekerja seks yang terjaring ialah Yanti (39) asal Pulorejo, Mojokerto; Haryati (40) warga Kupang Praupan; Tutik (50) asal Jombang; Dian (23) asal Ngantang, Malang; dan Endah (26) asal Pekalongan, Jawa Tengah.